Minggu, 21 Juni 2009

aarrggggghhhhhh

boSeeeEEEennn,,,,,,!!!!!

Rabu, 17 Juni 2009

makalah

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Internet perlahan-lahan mulai menggeser budaya pembelian (pemesanan) tiket pesawat dari cara konvensional menjadi lebih modern atau yang sering disebut booking online (online booking). Dewasa ini, memesan tiket dapat dilakukan melalui computer yang tersambung dengan internet. Di Indonesia, pelayanan tersebut telah diperkenalkan oleh National Carrier Garuda Indonesia, maskapai penerbangan Merpati Nusantara dan Airasia. Hal ini berarti para maskapai penerbangan dapat berhubungan langsung dengan konsumen yang tentu saja akan memberikan dampak ekonomis yang signifikan. Menurut William Liu, presiden dan CEO Abacus International, World Tourism Organization memprediksi pada tahun 2010 sebanyak 195 juta pelacong akan membajiri daerah tujuan wisata Asia-Pasifik. Tahun 2020 diramalkan jumlah itu akan melonjak mencapai 397 juta orang,yakni seperempat dari jumlah turisme internasional.
Pada awalnya penerapan pembelian tiket secara online sekitar tahun 1998 hanya mencapai satu persen lalu naik menjadi dua persen pada tahun 1999. Saat ini sudah mencapai tiga persen. Persentase tersebut berlipat ganda pada maskapai Amerika Serikat,United Airlines,dimana lima persen dari pendapatan penerbangan domesticnya pada kwartal pertama tahun ini merupakan sumbangan online sales dengan pertimbangan 50-50 antara website dan lain-lain.Dengan pendapatan tahunan sekitar 20 juta dollar AS, berarti airlines tersebar AS ini akan menjual tiket online lebih dari satu miliyar dollar pada tahun 2020, separuh diantaranya merupakan penjualan langsung kepada konsumen.Maskapai lain, Northwest Airlines bahkan lebih tinggi. Penjualan melalui website meningkat dari empat persen tahun lalu menjadi 6,5 persen tahun ini.Sementara untuk semua tujuan domestic Amerika Serikat, persentasenya berlipat ganda.

Fenomena ini mendorong para ilmuan dan marketer untuk mempelajari lebih dalam apa yang menjadi penyebab pertumbuhan penjualan melalui internet. Maka muncullah berbagai penelitian tentang internet marketing terkait dengan pembelian atau pembelanjaan melalui internet (online shoping). Penelitian terdahulu yang menjadi acuan penelitian kali ini dilakukan oleh Aron M. Levin, Irwin P.Levin dan Joshua A. Weller (2005).Penelitian tersebut menganalisis atribut-atribut yang mempengaruhi preferensi belanja melalui internet (online) dan tidak melalui inrternet (off line) pada produk, konsumen dan tahapan pembelanjaan yang berbedea. Hasil analisis terhadap pengukuran dipakai pada studi ini memperlihatkan 4 atribut pokok, yaitu waktu, harga, pelayanaan dan alternatif. Penelitian kali ini merupakan penelitian replikasi yang mengkaji belanja on line dengan menggunakan 1 kelompok sample, yaitu mahasiswa dan menggunakan satu produk yaitu tiket pesawat.
2. Tujuan Penulisan
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan :
1. Dapat mengetahui lebih jauh mengenai penerapan Sistem Informasi Manajemen pada transportasi.
2. Dapat mengetahui lebih lanjut mengenai e-ticketing (pemesanan tiket melalui internet).
3. Dapat mengetahui lebih jelas mengenai apa manfaat, keuntungan, kerugian, kelemahan dan kelebihan dari e-ticketing.
4. Dapat mengetahui bagaimana cara penerapan e-ticketing itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
5. Dapat mengetahui siapa saja yang dapat menggunakan e-ticketing dan apa saja masalah-masalah yang muncul dari penggunaan e-ticketing.





3. Batasan Masalah
Berdasarkan survei terhadap permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan maskapai penerbangan , maka dirumuskan permasalahan yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut :
• Menangani seputar e-ticketing
• Menangani seputar e-ticketing dalam perusahaan maskapai pernebangan
• Mengenai permasalahan e-ticketing di maskapai penerbangan





















BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Sistem Informasi Manajemen ( SIM )
Sistem informasi Manajemen adalah serangkaian sub sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain SIM adalah sebagai suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang sama. Para pemakai biasanya membentuk suatu entitas organisasi formal, perusahaan atau sub unit dibawahnya. Informasi menjelaskan perusahaan atau salah satu sistem utamanya mengenai apa yang terjadi di masa lalu, apa yang terjadi sekarang dan apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Informasi tersebut tersedia dalam bentuk laporan periodik, laporan khusus dan ouput dari model matematika. Output informasi digunakan oleh manajer maupun non manajer dalam perusahaan saat mereka membuat keputusan untuk memecahkan masalah.
Perancangan, penerapan dan pengoperasian SIM adalah mahal dan sulit. Upaya ini dan biaya yang diperlukan harus ditimbang-timbang. Ada beberapa faktor yang membuat SIM menjadi semakin diperlukan, antara lain bahwa manajer harus berhadapan dengan lingkungan bisnis yang semakin rumit. Salah satu alasan dari kerumitan ini adalah semakin meningkatnya dengan muncunya peraturan dari pemerintah.
Lingkungan bisnis bukan hanya rumit tetapi juga dinamis. Oleh sebab itu manajer harus membuat keputusan dengan cepat terutama dengan munculnya masalah manajemen dengan munculnya pemecahan yang memadai.
Sistem informasi manajemen (SIM) bukan sistem informasi keseluruhan, karena tidak semua informasi di dalam organisasi dapat dimasukkan secara lengkap ke dalam sebuah sistem yang otomatis. Aspek utama dari sistem informasi akan selalu ada di luar sistem komputer.
Pengembangan SIM canggih berbasis komputer memerlukan sejumlah orang yang berketrampilan tinggi dan berpengalaman lama dan memerlukan partisipasi dari para manajer organisasi. Banyak organisasi yang gagal membangun SIM karena :
a. Kurang organisasi yang wajar
b. Kurangnya perencanaan yang memadai
c. Kurang personil yang handal
d. Kurangnya partisipasi manajemen dalam bentuk keikutsertaan para manajer dalam merancang sistem, mengendalikan upaya pengembangan sistem dan memotivasi seluruh personil yang terlibat.
SIM yang baik adalah SIM yang mampu menyeimbangkan biaya dan manfaat yang akan diperoleh artinya SIM akan menghemat biaya, meningkatkan pendapatan serta tak terukur yang muncul dari informasi yang sangat bermanfaat.
Organisasi harus menyadari apabila mereka cukup realistis dalam keinginan mereka, cermat dalam merancang dan menerapkan SIM agar sesuai keinginan serta wajar dalam menentukan batas biaya dari titik manfaat yang akan diperoleh, maka SIM yang dihasilkan akan memberikan keuntungan dan uang.
Secara teoritis komputer bukan prasyarat mutlak bagi sebuah SIM, namun dalam praktek SIM yang baik tidak akan ada tanpa bantuan kemampuan pemrosesan komputer. Prinsip utama perancangan SIM : SIM harus dijalin secara teliti agar mampu melayani tugas utama

Tujuan sistem informasi manajemen adalah memenuhi kebutuhan informasi umum semua manajer dalam perusahaan atau dalam subunit organisasional perusahaan. SIM menyediakan informasi bagi pemakai dalam bentuk laporan dan output dari berbagai simulasi model matematika.
2. Penerapan SIM dalam Transportasi
Keberhasilan dari pembangunan tidak terlepas dari peran aktif dari semua sektor terutama sektor transportasi. Luasnya wilayah jasa pelayanan angkutan darat yang harus dapat dijangkau, yang meliputi seluruh wilayah Indonesia , maka perlu dilakukan suatu penanganan khusus dalam meningkatkan kualitas pelayanan transportasi darat yang aman, selamat, mudah dijangkau, berdaya saing dan terintegrasi. Pengelolaan pelayanan transportasi darat dalam skala nasional merupakan pekerjaan yang kompleks. Pekerjaan ini harus memperhitungan berbagai sub moda transportasi darat baik umum maupun pribadi, berbagai event-event rutin maupun khusus yang dapat meningkatkan beban transportasi darat seperti angkutan lebaran, natal dan tahun baru, liburan, bencana alam, kondisi operasional di lapangan (kemacetan lalu lintas yang semakin parah di kota-kota besar dan metropolitan), perkembangan sarana-prasarana transportasi dan juga tindakan-tindakan pihak-pihak lain yang dapat mengganggu jalannya pelayanan jasa angkutan darat. Dalam penyelenggaraan transportasi darat, sangat perlu kecepatan informasi agar setiap permasalahan dapat diatasi secara cepat dan semaksimal mungkin. Kondisi tersebut perlu dan harus didukung dengan sistem teknologi informasi untuk transportasi darat yang handal, yang mampu saling mendukung dan terpadu dengan sistem – sistem lainnya. Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas di bidang transportasi darat, maka suatu sistem yang berbasis teknologi informasi yang terintegrasi ditingkat regional maupun nasional, merupakan suatu kebutuhan utama, mengingat tantangan tugas masa depan yang dituntut untuk mampu menyediakan pelayanan.

Transportasi darat dengan cepat, tepat, konsisten dan mudah selalu tersedia setiap saat (Timely Available). Guna mewujudkan sistem tersebut, pada saat ini hal tersebut sangat dimungkinkan dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi yang didukung pula oleh perkembangan kemampuan sumber daya manusia di Indonesia dalam penguasaan teknologi informasi. Dalam perencanaan pembangunan transportasi darat, pemanfaatan data base dengan menggunakan teknologi informasi berbasis GIS (Geografic Information Sistem) sangat diperlukan. Pada tingkat operasional guna mengatasi permasalahan lalu lintas di tingkat lokal maka penerapan Program Aplikasi Pengendalian Lalu Lintas seperti ATCS/ITCS (Area Traffic Control System/Integrated Traffic Control System), ITS ( Intelegent Transport System), sedangkan ditingkat regional dan nasional pengembangan Transportation Management Centre (TMC) merupakan salah satu solusi terbaik dari sistem teknologi informasi yang dapat dikembangkan. Selain daripada itu dalam rangka melayani kebutuhan informasi transportasi darat bagi masyarakat dan penerapan e-governance penggunaan website, call centre, sms centre merupakan media informasi yang efektif dan effisien sedangkan untuk kelancaran dan kemudahan pelayanan transportasi darat pengunaan smart card dimasa datang akan menjadi suatu kebutuhan.
3. Pengertian e-ticketing
E-ticketing atau electronic ticketing adalah suatu cara untuk mendokumentasikan proses penjualan dari aktifitas perjalanan pelanggan tanpa harus mengeluarkan dokumen berharga secara fisik ataupun paper ticket. Semua informasi mengenai electronic ticketing disimpan secara digital dalam sistem komputer milik airline. Sebagai bukti pengeluaran E-Ticket, pelanggan akan diberikan Itinerary Receipt yang hanya berlaku sebagai alt untuk masuk ke dalam bandara di Indonesia yang masih mengharuskan penumpang untuk membawa tanda bukti perjalanan. E-ticketing (ET) adalah peluang untuk meminimalkan biaya dan mengoptimalkan kenyamanan penumpang. E-ticketing mengurangi biaya proses tiket, menghilangkan fomulir kertas dan meningkatkan fleksibilitas penumpang dan agen perjalanan dalam membuat perubahan-perubahan dalam jadwal perjalanan.
Sejalan dengan perkembangan teknololgi informasi, internet kini muncul sebagai alternative system distribusi informasi travel. Internet merupakan medium yang sempurna untuk menjual paket perjalanan, karena internet sanggup membawa jaringan supplier yang luas dan basis kostumer yang besar ke sebuah market place terpusat. Adapun pengertian lain yaitu E-Ticketing, atau penjualan tiket online, merupakan salah satu cara bagi orang untuk membeli tiket untuk acara lokal. Merupakan fasilitas pemesanan tiket online yang dirancang untuk membantu kelompok masyarakat yang tidak memiliki akses ke sistem jenis ini .. Hal ini memungkinkan kelompok-kelompok masyarakat untuk meningkatkan kegiatan dan menjual tiket secara online melalui situs web Kingston Council.
E-Ticketing sistem untuk memudahkan orang untuk membeli tiket untuk berbagai acara semua dari satu situs web. Tiket dapat dibeli dengan cara ini dengan uang tunai, cek atau kredit / kartu debit. Orang tanpa akses ke internet dapat memesan tiket melalui internet publik di terminal atau perpustakaan di Pusat Informasi dan Visitor Centre.
Anda tak perlu lagi menghabiskan waktu untuk mengkhawatirkan ‘keamanan’ tiket penerbangan nantinya. Lupakan resiko hilangnya tiket, dicuri, tertinggal, atau bahkan tercebur air. Bahkan E-ticketing memungkinkan anda, membelikan tiket untuk kerabat pada saat mendadak. Kemudahan yang demikian ini, merupakan bukti komitmen Garuda Indonesia terhadap konsumennya.
Siapapun dapat membeli tiket pada sistem online. Anda harus mendaftar pada sistem pembayaran kami untuk menggunakan sarana. Ini adalah proses yang sangat sederhana dan membantu Anda menyimpan data yang Anda telah membeli tiket. Promoters memiliki daerah aman pada situs e-tiket di mana mereka dapat memantau penjualan dan mencetak off daftar orang-orang yang memesan untuk menghadiri acara mereka. Anda perlu mendaftar sebelum Anda dapat mulai menjual tiket. Proses pendaftaran untuk meminta informasi mengenai rincian kontak pribadi serta rincian dan kelompok masyarakat yang harus membayar tiket pendapatan. Proses pendaftaran juga memerlukan anda untuk menerima syarat dan ketentuan untuk penjualan tiket on-line.
4. Manfaat e-ticketing
Saat ini hanya ada beberapa cara untuk membeli tiket untuk kegiatan kesenian masyarakat. Sistem ini akan memberikan Anda akses cepat dan mudah untuk berbagai macam acara melalui satu situs. Ini dapat digunakan untuk membeli tiket menggunakan kredit / kartu debit dan cek, yang banyak gerai tiket tidak dapat dilakukan pada saat ini. Hal ini juga sepenuhnya aman.
Setiap organisasi yang perencanaan sebuah event dan bertanggung jawab untuk penjualan tiket untuk aktivitas dapat meningkatkan aktivitas di situs Web. Semua promoters yang mendaftar akan disetujui oleh administrator sebelum mereka dapat mulai menjual tiket sehingga hanya mereka yang dapat menunjukkan bahwa mereka yang utama Acara akan diizinkan untuk mempromosikan acara itu. Sistem ini memungkinkan Anda untuk mempromosikan aktivitas secara gratis dan menjual tiket untuk acara ke khalayak yang lebih luas. Hal ini juga berarti Anda tidak perlu membayar biaya untuk menyiapkan sistem ini atau administrasi itu. E-ticketing menyediakan banyak manfaat diantaranya :
a. Biaya Simpanan - Mengurangi biaya yang terkait dengan pencetakan dan mailing tiket tiket ke pembeli. Menghilangkan atau mengurangi memerlukan tiket untuk stok, amplop dan pos.
b. Buruh Simpanan - Mengurangi tenaga kerja yang terkait dengan pencetakan dan mailing tiket. Potong bawah pada upaya yang diperlukan untuk mengambil tiket untuk membeli Akan Panggil pesanan.
c. Aman dan Aman - E-Tiket selamat dan aman. Barcode validasi menghilangkan kemungkinan palsu dan duplikat tiket.
d. Kehadiran sebenarnya Pelaporan - Cari tahu berapa banyak Anda e-tiket patrons dihadiri Anda acara dan ketika mereka tiba.
e. Instant Pengiriman - Tiket pembeli senang menjadi mampu mencetak tiket mereka segera. Tidak perlu menunggu surat atau menunggu di baris di acara tersebut. Pelanggan dapat mencetak tiket elektronik mereka segera setelah mereka membelinya. Hal ini membuat e-tiket yang ideal untuk hadiah menit terakhir atau menit terakhir keputusan.
f. Informasi tambahan - E-Tiket menyediakan ruang untuk tambahan informasi seperti peta jalan, arah, dan lain informasi pelanggan Anda mungkin perlu tahu.
g. Periklanan - E-Tiket menyediakan kemampuan unik periklanan. Meningkatkan pendapatan perusahaan anda dengan menawarkan ruang iklan pada web Anda tiket.
Sementara mempertahankan standar keselamatan yang tinggi merupakan prioritas utama untuk memastikan keselamatan penerbangan, sejumlah maskapai layanan penuh telah mengadopsi e-tiket mereka sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan layanan kepada pelanggan. E-sistem tiket penumpang yang memungkinkan sebuah buku tiket pesawat untuk mendapatkan salinan mereka terima berisi catatan Penemu atau reservasi dan nomor e-tiket nomor. Bahwa e-tiket sangat menguntungkan bagi kedua perusahaan penerbangan dan pelancong. menghilangkan masalah ini dan biaya yang pelancong pengalaman ketika mereka kehilangan tiket kertas. Jika sebuah tiket boarding terputus, mendapatkan penggantian sering mudah seperti naik ke loket tiket dan memberikan Anda nomor konfirmasi untuk baru satu.
Sementara untuk maskapai penerbangan, e-tiket adalah lebih murah dan lebih efisien metode pengelolaan tiket. Ia menghilangkan manual tugas yang diperlukan untuk proses dan account untuk kertas tiket penerbangan dan menyimpan biaya bahan lainnya, seperti tiket jaket. Seorang penumpang yang memegang e-tiket memiliki pilihan untuk check-in online dan cetak out nya tiket boarding di rumah atau di kantor. Layanan ini tersedia antara 30 jam dan satu jam sebelum penumpang jadwal keberangkatan. Dengan manfaat bagi kedua perusahaan penerbangan dan penumpang, maka tidak mengherankan bahwa semakin banyak perusahaan penerbangan yang menyiapkan sistem tiket elektronik - sesuatu yang telah mendapat respon antusias dari penumpang di seluruh dunia.
5. Langkah-langkah e-ticketing
Dalam proses e-ticketing terdapat beberapa langkah yang dapat dilakuklan guna mempermudah kita dalam pemesanan tiket secara online dimana dengan e-ticketing kita repot mengantri dalam memesan tiket. Langkah-langkah E-Ticketing sangat praktis, reservasi adalah yang paling utama. Sabagai seorang mobile, sibuk dan akrab dengan e-lifestyle, ada beberapa pilihan yang tersedia bagi anda. Menelepon Call Center maskapai penerbangan yang dipilih. Langkah berikutnya adalah pembayaran. Dengan mengutamakan kemudahan, anda dapat melakukannya melalui ATM, serta credit card. Call Center yang menjamin keamanan saat memasukkan nomor credit card. Terjamin semua informasi anda akan disimpan dengan rapi dan aman. Jika tertinggal tanda terima perjalanan, anda dapat meminta duplikatnya di seluruh kantor penjualan tiket maskapai penerbangan (airport).
6. Permasalahan dan Contoh
Saat ini permasalahan pelayanan transportasi udara yang sangat serius terjadi di wilayah perkotaan terutama di kota-kota besar dan kota metropolitan didunia. Dominasi pengguna pesawat terbang dalam melalukan perjalanan tidak seimbang dengan jumlah pesawat yang ada. Pada akhirnya akan menyebabkan kepadatan penumpang yang tinggi di bandara-bandara (airport).
Kondisi ini pada akhirnya akan memunculkan problem klasik di setiap perusahaan maskapai penerbangan, seperti halnya masalah rute penerbangan,jadwal penerbangan yang tidak tepat dan pemesanan tiket dan lain-lain.
Salah satu solusi yang fundamental dari pemerintah khususnya mengenai pemesanan tiket adalah dengan menerapkan system e-ticketing pada setiap maskapai penerbangan yang ada. Karena dengan adanya system e-ticketing dapat memudahkan kita dalam memperoleh tiket .
Namun di balik kemudahan –kemudahan yang ada terdapat juga beberapa masalah diantaranya :
 Tidak semua orang mengerti tentang internet artinya belum bisa mengoprasikan internet itu sendiri
 Keterbatasan pihak maskapai penerbangan dalam memasarkan tiketnya secara online
 Belum semua orang mengetahui tentang bagaimana caranya memesan tiket secara online
 Belum semua orang mengetahui dan paham betul tentang e-ticketing
Salah satu maskapai penerbangan yang menerapkan pemesanan tiket secara online (e-ticketing) yaitu maskapai penerbangan AirAsia. PT. Indonesia AirAsia merupakan kerjasama gabungan dengan maskapai berbiaya rendah yang terkemuka Asia Tenggara, AirAsia Berhad - yang memiliki 49% sahamnya. Indonesia AirAsia diluncurkan kembali pada tanggal 8 Desember 2004 sebagai maskapai penerbangan berbiaya hemat dan mengusung konsep yang sama dengan Grup AirAsia. Indonesia AirAsia hadir dengan harga terjangkau dan konsep “tanpa embel-embel” (tanpa tiket, tempat duduk bebas dan tanpa penyediaan makanan). Indonesia AirAsia sekarang telah mengoperasikan sebelas armada Boeing 737-300 yang melayani delapan rute domestik, yaitu dari Jakarta ke Medan, Padang, Pekanbaru, Denpasar (Bali), Balikpapan, Surabaya, Batam dan Solo, serta lima belas rute internasional dari Jakarta, Bandung, Bali, Medan, Padang, Pekanbaru, Surabaya ke Kuala Lumpur (Malaysia), dari Jakarta ke Johor Bahru, Bangkok, Kota Kinabalu, Kuching dan Penang, dari Medan ke Penang (Malaysia) dan dari Bali ke Kota Kinabalu dan Kuching. Hingga akhir tahun 2007, Indonesia AirAsia telah menerbangkan lebih dari 4,3 juta tamu. Bagi Indonesia AirAsia keselamatan penumpang merupakan hal terutama. Indonesia AirAsia selalu mengedepankan keselamatan penumpang beserta awak pesawat dan pilot. Tidak hanya saat di udara, tetapi juga saat pemesanan, check-in , boarding , terbang, hingga tiba di tempat tujuan. Indonesia AirAsia mempercayakan seluruh perawatan armadanya di Garuda Maintenance Facilities (GMF). Di tempat tersebut, dilakukan pemeriksaan rutin dan pemeriksaan pemeliharaan tingkat rendah “A” check, hingga pemeliharaan tingkat tinggi “C” check. Indonesia AirAsia akan terus melakukan pengembangan serta penambahan armada untuk memenuhi antusiasme masyarakat terhadap hadirnya maskapai dengan konsep Low Cost Carrier (LCC) yang aman dan nyaman di Indonesia. Kami ingin semua masyarakat Indonesia, baik tua-muda, balita-lansia, sehat maupun cacat merasakan terbang dengan nyaman dan aman menggunakan Boeing 737-300 Indonesia AirAsia yang berkursi empuk dan mewah serta lorong kabin yang ditebari karpet merah. Adapun kegiatan operasional AirAsia mengikuti pola operasi sebagai berikut :
• Harga hemat, tanpa embel embel
Harga AirAsia selalu lebih rendah dibandingkan maskapai lainnya. Layanan jasa seperti ini sangat cocok bagi penumpang yang hanya ingin terbang tanpa embel embel makanan, tanpa layanan airport lounge, tanpa mengikuti program loyalty frequent flyer miles. Semua ini lebih baik di tukar dengan harga kursi yang 80% jauh lebih murah dibandingkan dengan mengikutsertakan layanan layanan tersebut.
Tidak memberikan makanan atau minuman. Namun AirAsia mempunyai ‘Snack Attack’, yang menyajikan berbagai macam pilihan lezat untuk makanan dan minuman dengan harga yang terjangkau dan hanya untuk para tamu AirAsia. Tamu dapat membelinya di dalam pesawat.

• Frekuensi Terbang Tinggi
Frekuensi terbang AirAsia yang tinggi bertujuan untuk kenyamanan para tamu. Maskapai inimempraktekkan pola 25 menit untuk tinggal landas, dimana merupakan yang paling cepat di Asia, sehingga menghasilkan utilisasi pesawat yang tinggi, biaya makin rendah dan produktivitas staf/maskapai yang makin meningkat.

• Untuk Kenyamanan Tamu
AirAsia berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang nyaman untuk membuat perjalanan lebih mudah. Tamu dapat melakukan pembelian dengan kenyamanan berikut :
1. Call Center (Pusat Layanan Telepon) - Berdiri pada bulan februari 2004, Call Center AirAsia berlokasi di Halim Perdana Kusuma dengan 60 layanan sambungan telepon untuk kenyamanan para tamu dalam membeli penerbangan.
2. Terbang tanpa tiket - Diluncurkan pada tanggal 18 April 2002, konsep ini melengkapi layanan pembelian dari Internet booking AirAsia dan layanan Call Center dengan menyediakan alternatif murah biaya dari tiket cetak asli. Tamu tidak lagi perlu repot repot untuk mengambil tiket!
3. Beli lewat Internet - sebagai maskapai pertama yang memperkenalkan layanan ini di Asia, AirAsia menawarkan cara baru yang nyaman dalam membeli kursi AirAsia melalui website www.airasia.com.Tidak perlu telepon, tidak perlu antri. www.airasia.com di luncurkan pada tanggal 10 Mei 2002, dan sekarang tersedia dalam 6 bahasa - English, Bahasa Malaysia, Mandarin, Thai dan Bahasa Indonesia.
4. Reservasi dan kantor penjualan - Tersedia di bandara dan di kota untuk kenyamanan bagi tamu yang ingin datang langsung.
5. Travel agent resmi - AirAsia juga memperkenalkan layanan online B2B kepada travel agent. Fitur berbasis internet dengan informasi ketersediaan kursi secara real time yang pertama di Asia. Travel agent dapat melakukan pembayaran secara virtual melalui kartu kredit.

6. Layanan pelanggan untuk lebih baik - AirAsia secara terus menerus cari mencari cara untuk melayani lebih baik dan memberikan penghematan lebih lagi kepada tamu nya.
• Keamanan yang utama
AirAsia (PT. IAA) melakukan pemeriksaan rutin pesawatnya di hangar Garuda Maintenance Facilities (GMF). Kegiatan in merupakan komitmen kepada masyarakat bahwa Indonesia AirAsia selalu patuh pada ketentuan keselamatan penerbangan. Saat ini GMF sudah memiliki approval EASA (sertifikasi dari authority Eropa) dan FAA (sertifikasi dari authority Amerika) yang berarti kualitas perawatan pesawat di GMF sudah diakui oleh dunia internasional

• Optimalisasi biaya
AirAsia berusaha keras untuk memaksimalkan keuntungan melalui harga hematnya dengan layanan berkualitas. Maskapai berusaha mengoptimalisasi biaya dengan cara tinggal landas dalam waktu yang singkat, tidak memberikan layanan embel embel seperti makanan dan minuman, menggunakan satu tipe pesawat untuk menghemat biaya pelatihan, dan semua ini penghemata ini dikembalikan kepada pelanggan dengan memberikan harga yang sangat hemat.











BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat dirumuskan adalah sebagai beikut :
a. Waktu berpengaruh terhadap preferensi belanja olnline tiket pesawat,artinya semakin cepat proses transaksi pembelian tiket pesawat,maka seseorang akan semakin cenderung atau memiliki preferensi semakin tinggi untuk membeli tiket pesawat melalui internet.Hal tersebut disebabkan oleh tingkat kesibukan responden sehingga menjadikan waktu sebagai sumber daya yang terbatas,jadi responden dengan tingkat kesibukan yang tinggi akan cenderung memilih proses transaksi yang cepat pada saat membeli tiket pesawat.
b. Harga tidak berpengaruh terhadap preferensi belanja online.Hal tersebut disebabkan oleh pengetahuan responden tentang tingkat harga yang ditawarkan oleh agen perjalanan maupun yang tercantum pada website maskapai penerbangan.Mereka juga paham kapan harus membeli tiket karena tingkat harga juga berbeda bila dipesan pada saat “high season” dimana banyak orang mengadakan perjalanan seperti pada saat tahun baru dan “low season” dimana hanya sedikit orang yang melakukan perjalanan.
c. Pelayanan tidak berpengaruh terhadap preferensi belanja online.Hal tersebut disebabkan oleh responden yang berencana memesan tiket pesawat tidak merasa bahwa pelayanan adalah hal yang krusial karena pada saat mereka memesan lewat website mereka hanya bersentuhan dengan tekhnologi yang dianggap kurang mampu meberikan pelayanan secara interaktif yang sebanding dengan pertemuan langsung dengan penjual.

d. Alternatif tidak berpengaruh terhadap preferensi belanja online.
e. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel waktu yang berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap preferensi belanja.
2. Saran
a. Waktu merupakan komponen pembentuk preferensi pembelian online yang paling krusial,oleh karena itu produsen harus memperhatikan jumlah waktu yang dibutuhkan oleh konsumen untuk melakukan pembelian tiket pesawat melalui internet.Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan waktu pemesanan yaitu dengan menanam sistem pemesanan tiket online yang tidak berbelit-belit dan mudah digunakan didalam website pemesanan tiket pesawat yang disesuaikan dengan kecepatan akses internet di Indonesia.Kedua adalah mengembangkan sistem pemesanan online yang dapat diakses lewat telepon seluler sehingga dalam keadaan berjalanpun, konsumen dapat memesan tiket pesawat.
b. Harga tidak memiliki pengaruh terhadap preferensi pembelian online, namun produsen harus tetap mempertahankan tingkat harga yang masuk akal dalam arti harga yang ditawarkan tidak membuat produsen yang bersangkutan merugi dan tetap dipandang konsumen sebagai harga yang kompetitif.
c. Pelayanan tidak memiliki pengaruh terhadap preferensi pembelian online, namun produsen juga harus tetap mempertahankan kualitas keprimaan pelayanana agar kolnsumen tidak memberikan testmonial yang merugikan produsen.
d. Alternatif tidak memiliki pengaruh terhadap prefernsi pembelian online. Hal ini memberikan peluang kepada produsen untuk fokus terhadap produk utamanya dan mengembangkannya semaksimal mungkin.
e. Bagi peneliti berikutnya, hasil peneklitian ini masih dapat dikembangkan dengan berbagai penelitian lain seperti :
• Meneliti variabel – variabel lebih lanjut misalnya : fenomena tiket pesawat harga murah yang dihubungkan dengan kwalitas pelayanan, waktu serta alternatif dalam membentuk preferensi belanja online.
• Melebarkan fokus penelitian dengan membandingkan beberapa kelompok sampel misalnya : mahasiswa dan pekerja profesional.
• Penelitian untuk mengetahui apakah website atmosphere mempengaruhi preferensi belanja online pada produk tiket pesawat.

Satelit Indostar II Diluncurkan Maret 2009

Media Citra Indostar (MCI) bekerjasama dengan Protostar membangun Satelit Indostar II yang saat ini sedang dibangun di Los Angeles Amerika Serikat, dan direncanakan diluncurkan Maret 2009 di Kazakhstan.

“Komitmen MCI untuk membangun satelit yang dimanfaatkan untuk seluruh masyarakat Indonesia khususnya untuk penyiaran, ditunjukkan dengan cara mengundang Pemerintah dalam hal ini Depkominfo yaitu Menteri Komunikasi dan Informatika M. Nuh bersama Dirjen Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi Fredy Tulung ke Boeing – LA, untuk melihat perkembangan tahapan pembangunan Satelit Indostar II dan persiapan rencana peluncuran pada bulan Maret 2009 mendatang,” kata Rudi Tanoesudibyo dari MCI, dalam acara jumpa pers bersama dengan Menkominfo M. Nuh, didampingi Dirjen SKDI, Fredy Tulung, Rabu lalu (19/11).

Satelit MCI sebelumnya disebut dengan Cakrawarta I/Indostar I, mulai melayani masyarakat Indonesia sejak peluncurannya pada 1997. Satelit ini adalah satu-satunya satelit untuk broadcasting (penyiaran) di Indonesia yang berada pada orbital S-Band. Satelit ini memiliki lima transponder yang telah melayani Indovision selama lebih dari 11 tahun dengan layanan hampir 56 channel televisi dan 19 radio jaringan serta televisi lokal dan televisi jaringan dengan teknologi digital pertama di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi broadcasting MPEG-2. “Dapat dikatakan Satelit MCI selama ini melayani puluhan juta masyarakat Indonesia,” kata Menkominfo.

Sedangkan satelit MCI yang saat ni dibangun dengan nama Indostar II merupakan satelit yang memiliki kapasitas dua kali lipat dibandingkan sebelumnya, dan diperkirakan akan bisa melayani sekitar 120 channel dengan teknologi MPEG-2 dan 140 channel dengan teknologi MPEG-2 dan MPEG-4. Indostar II akan melayani dua televisi berbayar, televisi lokal dan televisi berjaringan serta radio-radio berjaringan dengan investasi yang digunakan untuk pembangunan satelit ini mencapai 300 juta dolar Amerika.

Saat peluncuran satelit Indostar II pada Maret 2009 nanti yang dilakukan di Kazakhstan, MCI akan mengundang beberapa perguruan tinggi untuk melihat satelit dan peluncuran secara lebih dekat. “Hal ini juga untuk memberikan informasi mengenai satelit yang diperuntukkan untuk broadcasting dan merupakan satu-satunya di Indonesia. Kunjungan ini akan menjadi rangkaian adanya kerjasama dengan perguruan tinggi,” kata Rudi Tanoesudibyo. Ada pun pengendalian satelit ini akan dilakukan dari Stasiun Pengendali Satelit TT&C (Telemetry, Tracking and Command) yang sedang dibangun di lokasi Indovision di Jl. Raya Panjang, Jakarta Barat.

Sabtu, 06 Juni 2009

MODUS-MODUS KEJAHATAN DALAM TEKNOLOGI INFORMASI


Kebutuhan akan teknologi Jaringan Komputer semakin meningkat. Selain sebagai media penyedia informasi, melalui Internet pula kegiatan komunitas komersial menjadi bagian terbesar, dan terpesat pertumbuhannya serta menembus berbagai batas negara. Bahkan melalui jaringan ini kegiatan pasar di dunia bisa diketahui selama 24 jam. Melalui dunia internet atau disebut juga cyberspace, apapun dapat dilakukan. Segi positif dari dunia maya ini tentu saja menambah trend perkembangan teknologi dunia dengan segala bentuk kreatifitas manusia. Namun dampak negatif pun tidak bisa dihindari. Tatkala pornografi marak di media Internet, masyarakat pun tak bisa berbuat banyak.

Seiring dengan perkembangan teknologi Internet, menyebabkan munculnya kejahatan yang disebut dengan "CyberCrime" atau kejahatan melalui jaringan Internet. Munculnya beberapa kasus "CyberCrime" di Indonesia, seperti pencurian kartu kredit, hacking beberapa situs, menyadap transmisi data orang lain, misalnya email, dan memanipulasi data dengan cara menyiapkan perintah yang tidak dikehendaki ke dalam programmer komputer. Sehingga dalam kejahatan komputer dimungkinkan adanya delik formil dan delik materil. Delik formil adalah perbuatan seseorang yang memasuki komputer orang lain tanpa ijin, sedangkan delik materil adalah perbuatan yang menimbulkan akibat kerugian bagi orang lain. Adanya CyberCrime telah menjadi ancaman stabilitas, sehingga pemerintah sulit mengimbangi teknik kejahatan yang dilakukan dengan teknologi komputer, khususnya jaringan internet dan intranet.

Pengertian Cybercrime

Cybercrime merupakan bentuk-bentuk kejahatan yang timbul karena pemanfaatan teknologi internet. Beberapa pendapat mengindentikkan cybercrime dengan computer crime. The U.S. Department of Justice memberikan pengertien computer crime sebagai:

“…any illegal act requiring knowledge of computer technology for its perpetration, investigation, or prosecution”.

(www.usdoj.gov/criminal/cybercrimes)

Pengertian tersebut identik dengan yang diberikan Organization of European Community Development, yang mendefinisikan computer crime sebagai:

“any illegal, unehtical or unauthorized behavior relating to the automatic processing and/or the transmission of data”.

Adapun Andi Hamzah (1989) dalam tulisannya “Aspek-aspek Pidana di Bidang komputer”, mengartikan kejahatan komputer sebagai:

”Kejahatan di bidang komputer secara umum dapat diartikan sebagai penggunaan komputer secara illegal”.

Dari beberapa pengertian di atas, secara ringkas dapat dikatakan bahwa cybercrime dapat didefinisikan sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan menggunakan internet yang berbasis pada kecanggihan teknologi komputer dan telekomunikasi.

Karakteristik Cybercrime

Selama ini dalam kejahatan konvensional, dikenal adanya dua jenis kejahatan sebagai berikut:

a. Kejahatan kerah biru (blue collar crime)

Kejahatan ini merupakan jenis kejahatan atau tindak kriminal yang dilakukan secara konvensional seperti misalnya perampokkan, pencurian, pembunuhan dan lain-lain.

b. Kejahatan kerah putih (white collar crime)

Kejahatan jenis ini terbagi dalam empat kelompok kejahatan, yakni kejahatan korporasi, kejahatan birokrat, malpraktek, dan kejahatan individu.

Cybercrime sendiri sebagai kejahatan yang muncul sebagai akibat adanya komunitas dunia maya di internet, memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan kedua model di atas. Karakteristik unik dari kejahatan di dunia maya tersebut antara lain menyangkut lima hal berikut:

1. Ruang lingkup kejahatan

2. Sifat kejahatan

3. Pelaku kejahatan

4. Modus Kejahatan

5. Jenis kerugian yang ditimbulkan

Jenis Cybercrime

Berdasarkan jenis aktifitas yang dilakukannya, cybercrime dapat digolongkan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:

a. Unauthorized Access

Merupakan kejahatan yang terjadi ketika seseorang memasuki atau menyusup ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin, atau tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya. Probing dan port merupakan contoh kejahatan ini.

b. Illegal Contents

Merupakan kejahatn yang dilakukan dengan memasukkan data atau informasi ke internet tentang suatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum atau menggangu ketertiban umum, contohnya adalah penyebaran pornografi.

c. Penyebaran virus secara sengaja

Penyebaran virus pada umumnya dilakukan dengan menggunakan email. Sering kali orang yang sistem emailnya terkena virus tidak menyadari hal ini. Virus ini kemudian dikirimkan ke tempat lain melalui emailnya.

d. Data Forgery

Kejahatan jenis ini dilakukan dengan tujuan memalsukan data pada dokumen-dokumen penting yang ada di internet. Dokumen-dokumen ini biasanya dimiliki oleh institusi atau lembaga yang memiliki situs berbasis web database.

e. Cyber Espionage, Sabotage, and Extortion

Cyber Espionage merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan komputer pihak sasaran. Sabotage and Extortion merupakan jenis kejahatan yang dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang terhubung dengan internet.

f. Cyberstalking

Kejahatan jenis ini dilakukan untuk mengganggu atau melecehkan seseorang dengan memanfaatkan komputer, misalnya menggunakan e-mail dan dilakukan berulang-ulang. Kejahatan tersebut menyerupai teror yang ditujukan kepada seseorang dengan memanfaatkan media internet. Hal itu bisa terjadi karena kemudahan dalam membuat email dengan alamat tertentu tanpa harus menyertakan identitas diri yang sebenarnya.

g. Carding

Carding merupakan kejahatan yang dilakukan untuk mencuri nomor kartu kredit milik orang lain dan digunakan dalam transaksi perdagangan di internet.

h. Hacking dan Cracker

Istilah hacker biasanya mengacu pada seseorang yang punya minat besar untuk mempelajari sistem komputer secara detail dan bagaimana meningkatkan kapabilitasnya. Adapun mereka yang sering melakukan aksi-aksi perusakan di internet lazimnya disebut cracker. Boleh dibilang cracker ini sebenarnya adalah hacker yang yang memanfaatkan kemampuannya untuk hal-hal yang negatif. Aktivitas cracking di internet memiliki lingkup yang sangat luas, mulai dari pembajakan account milik orang lain, pembajakan situs web, probing, menyebarkan virus, hingga pelumpuhan target sasaran. Tindakan yang terakhir disebut sebagai DoS (Denial Of Service). Dos attack merupakan serangan yang bertujuan melumpuhkan target (hang, crash) sehingga tidak dapat memberikan layanan.

i. Cybersquatting and Typosquatting

Cybersquatting merupakan kejahatan yang dilakukan dengan mendaftarkan domain nama perusahaan orang lain dan kemudian berusaha menjualnya kepada perusahaan tersebut dengan harga yang lebih mahal. Adapun typosquatting adalah kejahatan dengan membuat domain plesetan yaitu domain yang mirip dengan nama domain orang lain. Nama tersebut merupakan nama domain saingan perusahaan.

j. Hijacking

Hijacking merupakan kejahatan melakukan pembajakan hasil karya orang lain. Yang paling sering terjadi adalah Software Piracy (pembajakan perangkat lunak).

k. Cyber Terorism

Suatu tindakan cybercrime termasuk cyber terorism jika mengancam pemerintah atau warganegara, termasuk cracking ke situs pemerintah atau militer. Beberapa contoh kasus Cyber Terorism sebagai berikut :

· Ramzi Yousef, dalang penyerangan pertama ke gedung WTC, diketahui menyimpan detail serangan dalam file yang di enkripsi di laptopnya.

· Osama Bin Laden diketahui menggunakan steganography untuk komunikasi jaringannya.

· Suatu website yang dinamai Club Hacker Muslim diketahui menuliskan daftar tip untuk melakukan hacking ke Pentagon.

· Seorang hacker yang menyebut dirinya sebagai DoktorNuker diketahui telah kurang lebih lima tahun melakukan defacing atau mengubah isi halaman web dengan propaganda anti-American, anti-Israel dan pro-Bin Laden.

Berdasarkan Motif Kegiatan

Berdasarkan motif kegiatan yang dilakukannya, cybercrime dapat digolongkan menjadi dua jenis sebagai berikut :

a. Cybercrime sebagai tindakan murni kriminal

Kejahatan yang murni merupakan tindak kriminal merupakan kejahatan yang dilakukan karena motif kriminalitas. Kejahatan jenis ini biasanya menggunakan internet hanya sebagai sarana kejahatan. Contoh kejahatan semacam ini adalah Carding, yaitu pencurian nomor kartu kredit milik orang lain untuk digunakan dalam transaksi perdagangan di internet. Juga pemanfaatan media internet (webserver, mailing list) untuk menyebarkan material bajakan. Pengirim e-mail anonim yang berisi promosi (spamming) juga dapat dimasukkan dalam contoh kejahatan yang menggunakan internet sebagai sarana. Di beberapa negara maju, pelaku spamming dapat dituntut dengan tuduhan pelanggaran privasi.

b. Cybercrime sebagai kejahatan ”abu-abu”

Pada jenis kejahatan di internet yang masuk dalam wilayah ”abu-abu”, cukup sulit menentukan apakah itu merupakan tindak kriminal atau bukan mengingat motif kegiatannya terkadang bukan untuk kejahatan. Salah satu contohnya adalah probing atau portscanning. Ini adalah sebutan untuk semacam tindakan pengintaian terhadap sistem milik orang lain dengan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari sistem yang diintai, termasuk sistem operasi yang digunakan, port-port yang ada, baik yang terbuka maupun tertutup, dan sebagainya.

Berdasarkan Sasaran Kejahatan

Sedangkan berdasarkan sasaran kejahatan, cybercrime dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori seperti berikut ini :

a. Cybercrime yang menyerang individu (Against Person)

Jenis kejahatan ini, sasaran serangannya ditujukan kepada perorangan atau individu yang memiliki sifat atau kriteria tertentu sesuai tujuan penyerangan tersebut. Beberapa contoh kejahatan ini antara lain :

· Pornografi

Kegiatan yang dilakukan dengan membuat, memasang, mendistribusikan, dan menyebarkan material yang berbau pornografi, cabul, serta mengekspos hal-hal yang tidak pantas.

· Cyberstalking

Kegiatan yang dilakukan untuk mengganggu atau melecehkan seseorang dengan memanfaatkan komputer, misalnya dengan menggunakan e-mail yang dilakukan secara berulang-ulang seperti halnya teror di dunia cyber. Gangguan tersebut bisa saja berbau seksual, religius, dan lain sebagainya.

· Cyber-Tresspass

Kegiatan yang dilakukan melanggar area privasi orang lain seperti misalnya Web Hacking. Breaking ke PC, Probing, Port Scanning dan lain sebagainya.

b. Cybercrime menyerang hak milik (Againts Property)

Cybercrime yang dilakukan untuk menggangu atau menyerang hak milik orang lain. Beberapa contoh kejahatan jenis ini misalnya pengaksesan komputer secara tidak sah melalui dunia cyber, pemilikan informasi elektronik secara tidak sah/pencurian informasi, carding, cybersquating, hijacking, data forgery dan segala kegiatan yang bersifat merugikan hak milik orang lain.

c. Cybercrime menyerang pemerintah (Againts Government)

Cybercrime Againts Government dilakukan dengan tujuan khusus penyerangan terhadap pemerintah. Kegiatan tersebut misalnya cyber terorism sebagai tindakan yang mengancam pemerintah termasuk juga cracking ke situs resmi pemerintah atau situs militer.

Penanggulangan Cybercrime

Aktivitas pokok dari cybercrime adalah penyerangan terhadap content, computer system dan communication system milik orang lain atau umum di dalam cyberspace. Fenomena cybercrime memang harus diwaspadai karena kejahatan ini agak berbeda dengan kejahatan lain pada umumnya. Cybercrime dapat dilakukan tanpa mengenal batas teritorial dan tidak memerlukan interaksi langsung antara pelaku dengan korban kejahatan. Berikut ini cara penanggulangannya :

a. Mengamankan sistem

Tujuan yang nyata dari sebuah sistem keamanan adalah mencegah adanya perusakan bagian dalam sistem karena dimasuki oleh pemakai yang tidak diinginkan. Pengamanan sistem secara terintegrasi sangat diperlukan untuk meminimalisasikan kemungkinan perusakan tersebut. Membangun sebuah keamanan sistem harus merupakan langkah-langkah yang terintegrasi pada keseluruhan subsistemnya, dengan tujuan dapat mempersempit atau bahkan menutup adanya celah-celah unauthorized actions yang merugikan. Pengamanan secara personal dapat dilakukan mulai dari tahap instalasi sistem sampai akhirnya menuju ke tahap pengamanan fisik dan pengamanan data. Pengaman akan adanya penyerangan sistem melaui jaringan juga dapat dilakukan dengan melakukan pengamanan FTP, SMTP, Telnet dan pengamanan Web Server.

b. Penanggulangan Global

The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) telah membuat guidelines bagi para pembuat kebijakan yang berhubungan dengan computer-related crime, dimana pada tahun 1986 OECD telah memublikasikan laporannya yang berjudul Computer-Related Crime : Analysis of Legal Policy. Menurut OECD, beberapa langkah penting yang harus dilakukan setiap negara dalam penanggulangan cybercrime adalah :

1. melakukan modernisasi hukum pidana nasional beserta hukum acaranya.

2. meningkatkan sistem pengamanan jaringan komputer nasional sesuai standar internasional.

3. meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur penegak hukum mengenai upaya pencegahan, investigasi dan penuntutan perkara-perkara yang berhubungan dengan cybercrime.

4. meningkatkan kesadaran warga negara mengenai masalah cybercrime serta pentingnya mencegah kejahatan tersebut terjadi.

5. meningkatkan kerjasama antarnegara, baik bilateral, regional maupun multilateral, dalam upaya penanganan cybercrime.

Perlunya Cyberlaw

Perkembangan teknologi yang sangat pesat, membutuhkan pengaturan hukum yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi tersebut. Sayangnya, hingga saat ini banyak negara belum memiliki perundang-undangan khusus di bidang teknologi informasi, baik dalam aspek pidana maupun perdatanya.

Permasalahan yang sering muncul adalah bagaimana menjaring berbagai kejahatan komputer dikaitkan dengan ketentuan pidana yang berlaku karena ketentuan pidana yang mengatur tentang kejahatan komputer yang berlaku saat ini masih belum lengkap.

Banyak kasus yang membuktikan bahwa perangkat hukum di bidang TI masih lemah. Seperti contoh, masih belum dilakuinya dokumen elektronik secara tegas sebagai alat bukti oleh KUHP. Hal tersebut dapat dilihat pada UU No8/1981 Pasal 184 ayat 1 bahwa undang-undang ini secara definitif membatasi alat-alat bukti hanya sebagai keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa saja. Demikian juga dengan kejahatan pornografi dalam internet, misalnya KUH Pidana pasal 282 mensyaratkan bahwa unsur pornografi dianggap kejahatan jika dilakukan di tempat umum.

Hingga saat ini, di negara kita ternyata belum ada pasal yang bisa digunakan untuk menjerat penjahat cybercrime. Untuk kasuss carding misalnya, kepolisian baru bisa menjerat pelaku kejahatan komputer dengan pasal 363 soal pencurian karena yang dilakukan tersangka memang mencuri data kartu kredit orang lain.

Perlunya Dukungan Lembaga Khusus

Lembaga-lembaga khusus, baik milik pemerintah maupun NGO (Non Government Organization), diperlukan sebagai upaya penanggulangan kejahatan di internet. Amerika Serikat memiliki komputer Crime and Intellectual Property Section (CCIPS) sebagai sebuah divisi khusus dari U.S. Departement of Justice. Institusi ini memberikan informasi tentang cybercrime, melakukan sosialisasi secara intensif kepada masyarakat, serta melakukan riset-riset khusus dalam penanggulangan cybercrime. Indonesia sendiri sebenarnya sudah memiliki IDCERT (Indonesia Computer Emergency Rensponse Team). Unit ini merupakan point of contact bagi orang untuk melaporkan masalah-masalah keamanan komputer.

Jumat, 05 Juni 2009

NGN-Jaringan Telekomunikasi Masa Depan Source: Kompas-Rabu, 11 Februari 2004 Oleh: Anton Timur TEKNOLOGI informasi dan komunikasi (infokom) berkemb

NGN-Jaringan Telekomunikasi Masa Depan

Source: Kompas-Rabu, 11 Februari 2004
Oleh: Anton Timur

TEKNOLOGI informasi dan komunikasi (infokom) berkembang semakin pesat didorong oleh Internet protocol (IP) dengan berbagai aplikasi baru dan beragam layanan multimedia. Infrastruktur infokom terdiri dari public switched data network (PSDN) dan public switched telephone network (PSTN), namun hingga kini tulang punggung infokom masih banyak berpijak pada jaringan PSTN.
Kondisi ini kurang menguntungkan karena PSTN eksisting umumnya lebih menekankan pada layanan suara dan berpita sempit (narrow band). Untuk mempercepat penyediaan layanan pita lebar (broadband) pada jaringan eksisting tersebut maka PSTN dan PSDN harus segera "melebur" menjadi satu jaringan tunggal multilayanan yang disebut dengan jaringan telekomunikasi masa depan atau next generation network (NGN).
Ada tiga faktor utama pendorong evolusi jaringan PSTN tradisional menuju NGN. Pertama, keterbatasan arsitektur sentral PSTN eksisting. Operator telekomunikasi akan kesulitan untuk meningkatkan kemampuan PSTN untuk melayani layanan multimedia jika hanya mengandalkan upgrade versi perangkat lunak dan hardware pada sentral eksisting.
Infrastruktur sentral eksisting kebanyakan merupakan propietary atau teknologinya bersifat tertutup dan dikuasai vendor tertentu saja. Hal ini jelas menimbulkan ketergantungan operator telekomunikasi kepada pemasok perangkat tersebut.
Operator juga sulit untuk berinovasi dan membuat fitur baru. Selain itu, biaya upgrade dan pengembangannya pun menjadi mahal dan membutuhkan waktu yang lama. Karena sifatnya yang tertutup pula, maka biaya operasi dan pemeliharaan juga semakin besar.
Kedua, tren konvergensi jaringan dan layanan. Saat ini perbedaan teknik antara PSTN dan PSDN menyebabkan terjadinya pemisahan antara keduanya. PSTN yang berbasis sirkuit switch merupakan jaringan kompleks dengan ukuran yang besar, tersentralisir, dan tertutup. Sedangkan PSDN berbasis paket switch, lebih sederhana dan terdistribusi. PSDN tumbuh dengan pesat dengan adanya Internet, ekstranet, virtual private network (VPN), serta teknologi berbasis paket lainnya.
Bahwa suatu saat nanti paket switch akan menggantikan sirkuit switch, bisa dilihat dari semakin meningkatnya penggunaan voice over Internet protocol (VoIP). Namun hingga kini PSTN masih menduduki posisi terdepan untuk menyalurkan data, terutama layanan dial up analog modem.
Investasi sentral PSTN eksisting yang sangat besar juga tidak bisa diabaikan begitu saja. Pilihannya adalah konvergensi antara PSDN dan PSTN menjadi satu jaringan tunggal multilayanan, dengan melakukan evolusi secara bertahap pada jaringan PSTN agar mampu mengakomodasi paket switch.
Ketiga, regulasi telekomunikasi telah memunculkan operator-operator baru. Persaingan yang semakin ketat antaroperator menyebabkan pelanggan akan berpindah ke kompetitor jika operator tersebut tak mampu memberikan layanan yang beragam, broadband, dan murah.
Arsitektur NGN
Menurut tren perkembangan jaringan telekomunikasi saat ini, jaringan masa depan akan menjadi jaringan terintegrasi pita lebar, terdiri dari bermacam-macam akses edge dengan hierarki fungsional jaringan makin jelas dan mudah dipahami. Secara umum, hierarki NGN terbagi menjadi beberapa lapisan (layer), yaitu: network service & application, network control, core switching, dan edge access layer.
Lapisan network service & application bertugas untuk memproses logika layanan, meliputi logika layanan intelligent network (IN), AAA (addressing, authentication, authorization) dan address resolution, serta mengembangkan aplikasi layanan dengan mengadopsi protokol standar dan application program interface (API). Komponennya meliputi server AAA, network management system (NMS), billing, network database, serta server aplikasi (application server).
Dengan adanya server aplikasi ini maka aplikasi-aplikasi layanan atau fitur-fitur baru lebih mudah dan murah dikembangkan karena platformnya terbuka (open platform) tanpa harus terikat oleh platform dari vendor/developer tertentu (propietary). Contoh aplikasi yang bisa dikembangkan adalah number portability, yaitu layanan yang memungkinkan nomor telepon pelanggan asal tidak berubah apabila pelanggan tersebut berpindah lokasi atau operator.
Lapisan kedua, network control, bertugas mengatur logika panggilan, memproses permintaan panggilan, dan memberi tahu lapisan core switching untuk membentuk hubungan yang sesuai. Di sinilah letak softswitch yang terdiri dari server panggilan (call server), pengendali rute (route controller), dan gerbang pensinyalan (signalling gateway). Secara hierarkis softswitch dapat dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu class 4 dan class 5.
Softswitch class 4 merupakan pengendali hubungan antarsentral tandem regional (trunk) dalam backbone nasional. Sedangkan softswitch class 5 merupakan tipe softswitch yang mengendalikan hubungan pada sentral lokal yang terhubung langsung dengan pelanggan.
Lapisan ketiga NGN adalah lapisan core switching untuk mengatur pembangunan dan pengelolaan hubungan serta melakukan penyambungan dan pengaturan jalur komunikasi untuk merespons perintah control layer. Komponennya meliputi sentral broadband multi- service, sentral utama ATM dan router IP berkapasitas besar, dan lain-lain.
Lapisan paling bawah adalah lapisan akses ujung (edge access layer) yang mendukung akses dari berbagai macam tipe media gateway, yaitu trunk gateway dan access gateway. Berbagai tipe perangkat konsentrasi akses multi-service, remote access server (RAS), analog gateway, maupun wireless gateway bisa diimplementasikan pada lapisan ini (Lihat gambar).
Kendala
Ada sejumlah kendala yang menghadang migrasi NGN pada infrastruktur telekomunikasi di Indonesia. Meskipun sejumlah vendor global dan nasional telah berhasil mengembangkan teknologi ini, namun kematangan softswitch masih dipertanyakan mengingat teknologi ini belum secara luas digunakan untuk kepentingan komersial oleh operator-operator telekomunikasi dunia.
Kondisi infrastruktur eksisting juga bisa menjadi penghambat laju menuju NGN. Hampir seluruh sentral dan perangkat telekomunikasi di Indonesia masih memakai spesifikasi teknis atau protokol lama yang bersifat propietary. Di lain pihak softswitch memberikan persyaratan standar dan protokol yang paling mutakhir dan terbuka sehingga hal ini dapat menyulitkan persyaratan kesesuaian protokol, interoperability dan interworking antara perangkat eksisting dengan perangkat NGN.
Faktor lainnya adalah masalah biaya investasi perangkat NGN dan penyediaan jaringan akses yang masih terasa mahal dan kurang kompetitif jika dibandingkan dengan meng-upgrade sentral eksisting. Diperkirakan investasi untuk menyediakan jaringan akses yang kompatibel dengan NGN bisa mencapai 65 persen dari total investasi untuk menggelar NGN.
Dan yang terakhir namun sering membuat runyam adalah masalah regulasi. Penerapan NGN bisa menimbulkan konsekuensi perubahan peta bisnis telekomunikasi sehingga regulator dituntut untuk segera memahami dan membuat aturan main tentang teknologi ini. Sasarannya, agar tidak menimbulkan dispute antar- operator dan kebingungan masyarakat saat nantinya teknologi ini telah dikomersialkan.
Meskipun masih banyak kendala yang dihadapi operator telekomunikasi untuk menerapkan teknologi softswitch, tetapi langkah perencanaan untuk melakukan migrasi (roadmap) menuju NGN harus segera dilaksanakan. Tanpa melakukan migrasi menuju NGN, jaringan PSTN yang masih menjadi tulang punggung infrastruktur telekomunikasi lambat laun tak akan optimal lagi mengakomodasi layanan multimedia.